Tatkala ingatan selalu tertuju kepadanya, dan mulut obral memberi pujian
untuknya, serta kesal manakala mendengar cemohan kepadanya, maka dialah
yang disebut idola. Tentu tidak gampang menjadi idola seseorang apalagi
banyak orang. Pastinya menjadi idola lebih sulit dibanding menjadi
orang yang ditakuti. Idola dan pengidola keduanya berhulu pada satu
titik, yakni hati.
Biasanya seorang yang punya tanggungjawab terhadap orang lain selalu
berusaha “memikat hati” orang-orang yang berada “dibawahnya”. Hanya
saja, biasanya berakhir pada titik yang kurang baik. Bukannya menjadi
idola, tetapi justru menjadi “momok”. Sudah sepantasnya seorang pemimpin
menjadi idola orang-orang yang dipimpinnya. Bawahan mengidolakan
atasan, ketua menjadi idola anggotanya, komandan diidolakan oleh
prajuritnya, guru menjadi idola siswanya dan lain sebagainya.
Sudah sepantasnya setiap guru menjadi idola dari siswanya. Sejatinya,
guru harus berusaha keras menjadi idola bagi siswanya. Oleh karena itu,
ada beberapa usaha yang dapat dilakukan seorang guru untuk menjadi
idola, antara lain:
Berusaha Menjadi Semakin Pintar
Guru identik dengan orang pintar. Salah satu tujuan profesi guru adalah
menelorkan siswa-siswa pintar. Oleh karena itu, guru terlebih dahulu
harus pintar, bahkan lebih pintar dari masyarakat pada umumnya.
Keyakinan siswa terhadap kepintaran gurunya akan membuat mereka suka,
segan, dan hormat kepada gurunya tersebut. Untuk itu, seorang guru yang
berusaha mengembangkan potensinya sehingga menjadi semakin pintar, maka
semakin besar pula peluangnya dijadikan idola oleh siswanya.
Sejatinya, guru juga identik dengan membaca. Meskipun akhir-akhir ini
aktivitas membaca bagi guru sudah hampir terlupakan. Membaca adalah
aktivitas wajib bagi guru dalam mengejawantahkan usahanya menjadi
semakin pintar. Menjadi guru bukanlah pencapaian puncak seorang yang
bersekolah untuk berprofesi sebagai guru. Menjadi guru adalah awal dari
tanggungjawab mencerdaskan anak bangsa. Oleh karena itu, teruslah
berusaha dan belajar agar tanggungjawab itu tidak mengalami kedaluwarsa.
Betapa hebatnya seorang guru di mata siswa jika pertanyaan-pertanyaan
siswa tersebut mendapat jawaban dari gurunya.
Berusaha Menjadi Teladan
Ketekunan seorang guru dalam usaha menjadi semakin pintar, adalah
termasuk bentuk teladan. Namun, dalam bagian ini teladan ditekankan pada
prilaku dan sikap baik guru yang dapat ditaladani siswanya. Memang
benar, guru juga manusia biasa, tetapi hal tersebut bukanlah menjadi
alas an pembenar jika ada guru yang melakukan perbuatan yang tidak
normatif.
Beberapa kasus yang diliput media tentang prilaku guru yang melanggar
etika, tentu tidak sebanding dengan jumlah guru yang sangat besar.
Sejatinya, jika pelanggaran itu dilakukan oleh orang awam (bukan guru)
tentu terbilang hal biasa, namun lain ceritanya jika perbuatan itu
dilakukan oleh seorang guru. Masyarakat masih member derajat yang tinggi
kepada guru sehingga mereka akan sangat kecewa jika ada guru yang
berbuat haal yang tida etis.
Guru yang berprilaku layaknya seorang yang patut digugu dan ditiru, akan
menjadi teladan bagi siswanya. Meneladan seorang guru yang hampir tanpa
cacat akan menjadikannya idola bagi siswa. Guru yang melakukan terlebih
dahulu sebelum memerintahkan kepada siswanya. Bahkan, jika dengan hati
prilaku teladan itu terbentuk, maka tanpa perintah sekalipun para siswa
akan ikut seperti yang dilakukan gurunya.
Guru harus rindu pada suasana dimana dia menjadi idola siswanya. Guruku adalah idolaku,
adalah ungkapan yang semestinya terucap oleh siswa. Bukan terucap oleh
mulut yang utama, tetapi dari kalbu. Meski mulut mengatakan ‘tidak’,
tetapi hati tak dapat menolaknya. Jika, guru telah mendapatkan pengakuan
itu dari siswanya, maka hampir tak ada lagi hal yang sulit yang ditemui
guru dalam proses interaksi antara dia dengan siswanya. Semoga para
guru menjadi atau berusaha menjadi idola siswanya.